Shalatlah - ShareIslam
News Update
Loading...

Sunday 16 July 2017

Shalatlah


Shalatlah, kawan

Aku tahu, shalat wajib seringkali menjadi rutinitas yang berat untuk dilakukan. Terutama di kalangan generasi muda, di mana dunia mereka sangat dibentuk oleh gadget dan lingkaran pertemanan. Maka saat mereka tenggelam di dalam ‘dunia’ itu, segala sesuatu di luar itu menjadi tidak relevan. Segalanya. Termasuk Islam sekalipun, termasuk shalat sekalipun.

Maka, akan aku katakan padamu sekali lagi: shalatlah, kawan.

“Ah, khalid… mengapa aku harus shalat?

Jujur saja, shalat itu tidak seru. Monoton. Tidak seasyik bergadget ria, bersosmed, dan berkumpul dengan teman yang penuh canda dan tawa. Hidupku sudah cukup dengan itu.

Aku tidak akan bohong, aku tidak menemukan alasan yang kuat mengapa aku harus shalat.”

Ah, itu pertanyaan yang sangat bagus. Jujur pula. Tidak perlu khawatir, kawan, saat aku jauh lebih muda, aku juga kesulitan menemukan alasan yang kuat mengapa aku harus shalat. Aku mengerti itu. Faktanya, aku menghabiskan separuh hidupku untuk mencari alasan itu.

Alhamdulillah, seiring waktu, akhirnya aku menemukan alasanku sendiri. Apakah alasan ini berlaku untukmu? Entahlah. Namun akan aku ceritakan padamu.

***

Mengapa harus shalat? Apakah karana ia wajib? Shalat memang wajib, tetapi ada alasan yang lebih kuat dari itu.

Apa karena shalat mendatangkan pahala? Itu betul, tetapi ada alasan yang lebih kuat dari itu.

Apa karena shalat adalah salah satu syarat utama masuk surga dan bila ditinggalkan masuk neraka? Itu juga betul, tetapi ada alasan yang lebih kuat dari itu.

“Wajib”, “dosa”, “pahala”, “surga”, dan “neraka” adalah lima alasan yang kerap ditekankan orang-orang di sekitarku saat mereka menasehatiku untuk shalat. Namun, aku mendapati tidak ada satupun dari alasan itu yang benar-benar membuatku tertarik untuk shalat. Aku malah takut dibuatnya, terutama alasan “dosa” dan “neraka”, yang alih-alih memotivasi, malah membuatku meringkuk gemetaran dan jauh dari shalat.

Padahal, ada satu alasan lagi. Dan ini, bagiku, adalah alasan yang terkuat.

Shalat dilakukan… karena ia membuatmu bahagia.

Itu.

Itu alasannya.

Shalat itu membahagiakan karena sifat alami dunia ini.

Kamu tahu, dunia ini diciptakan untuk memaksa kita berlari. Bahkan tidak sekedar berlari, tetapi berlari sangat kencang. Demi mengejar cita-cita, ambisi, dan pencapaian-pencapaian lain. Demi meraih “standar hidup bahagia” yang diciptakan oleh para manusia, yang notabene makhluk-makhluk yang sangat egois.

Namun berlari terlalu kencang juga punya resikonya, kawan, yaitu rentan tersandung dan terjatuh. Lalu tersungkur menyakitkan. Meninggalkan luka dan lebam di sekujur tubuh yang mungkin tak akan sembuh dalam waktu singkat.

Kalau pun kamu tidak tersandung, sudah pasti kamu akan kelelahan. Otot-otot akan kram. Peluh di pelipis akan jatuh melewati bulu mata menuju bola mata dan mengaburkan pandangan. Kamu akan berpikir, sebaiknya berhenti berlari saja. Tidak perlu melanjutkannya lagi. Diam saja di tempat seperti patung yang mati.

Tidak ada yang mau terjatuh atau hanya diam saja, kan?

Maka itu, shalat wajib lima waktu ada sebagai REM dari larimu itu.

Supaya larimu yang beringas dan tak terkendali itu melambat dan terjaga pada kecepatan yang wajar. Membuat ritme langkahmu lebih teratur, pun staminamu terjaga sehingga kamu tetap semangat untuk terus berlari, minimal berjalan maju.

Dan mana kala ada persimpangan di hadapanmu, kamu bisa melambat sejenak dan merenung: arah mana yang harus kamu ambil? Apakah kanan, kiri, atau arah yang lurus?

Tidak semua jalan mengantarkanmu pada tujuan, kawan. Banyak sekali di antaranya membuatmu linglung, tak tahu harus kemana. Maka shalat akan membantumu menentukan arah dan memantapkannya. Kebahagiaan pun akan datang dari sana.

Dan sungguh, kawan, bila shalat membuatmu bahagia, apa kamu butuh alasan lain untuk melakukannya? Tidak perlu, kan? Tidak ada manusia yang tidak menyukai kebahagiaan.

“Benarkah itu, khalid? Aku masih ragu… Toh, aku sudah cukup bahagia tanpa shalat. Bersama teman-temanku sudah cukup membahagiakan.”

Ah, pertemanan itu memang membahagiakan. Ia salah satu hal terindah. Namun seindah-indahnya pertemanan, sifatnya sementara. Teman itu datang dan pergi. Kebahagiaan yang datang darinya itu naik turun. Banyak jeda ‘kosong’ di antaranya. Pun sama halnya dengan banyak aktivitas lain di dunia ini.

Namun dari shalat, bahagia yang datang darinya tak lekang. Awet.

Kamu tahu? Satu waktu shalat yang ikhlas dan tuma’ninah bisa mendatangkan kebahagiaan untuk hari ini, besok, minggu depan, hingga bulan-bulan berikutnya. Ini terbukti. Bukan teori atau manis kata. Efeknya... luar biasa. Tidak ada yang seperti ini.

Inginkah merasakan sensasi menggiurkan itu?

Shalatlah dan buktikan sendiri.

- Khalid -

Share with your friends

5 comments

  1. terima kasiiih informasinya... nambah ilmu nie...

    ReplyDelete
  2. saya biasa lain2 kalo solatnya putus, kayak dosanya besar banget

    ReplyDelete
  3. udah pengen ke masjid nih... hehehe
    tx gan sngat bermanfaat

    ReplyDelete
  4. thanks atas artikelnya gan..
    sholat adalah tiang agama..

    ReplyDelete

Sunday 16 July 2017

Shalatlah


Shalatlah, kawan

Aku tahu, shalat wajib seringkali menjadi rutinitas yang berat untuk dilakukan. Terutama di kalangan generasi muda, di mana dunia mereka sangat dibentuk oleh gadget dan lingkaran pertemanan. Maka saat mereka tenggelam di dalam ‘dunia’ itu, segala sesuatu di luar itu menjadi tidak relevan. Segalanya. Termasuk Islam sekalipun, termasuk shalat sekalipun.

Maka, akan aku katakan padamu sekali lagi: shalatlah, kawan.

“Ah, khalid… mengapa aku harus shalat?

Jujur saja, shalat itu tidak seru. Monoton. Tidak seasyik bergadget ria, bersosmed, dan berkumpul dengan teman yang penuh canda dan tawa. Hidupku sudah cukup dengan itu.

Aku tidak akan bohong, aku tidak menemukan alasan yang kuat mengapa aku harus shalat.”

Ah, itu pertanyaan yang sangat bagus. Jujur pula. Tidak perlu khawatir, kawan, saat aku jauh lebih muda, aku juga kesulitan menemukan alasan yang kuat mengapa aku harus shalat. Aku mengerti itu. Faktanya, aku menghabiskan separuh hidupku untuk mencari alasan itu.

Alhamdulillah, seiring waktu, akhirnya aku menemukan alasanku sendiri. Apakah alasan ini berlaku untukmu? Entahlah. Namun akan aku ceritakan padamu.

***

Mengapa harus shalat? Apakah karana ia wajib? Shalat memang wajib, tetapi ada alasan yang lebih kuat dari itu.

Apa karena shalat mendatangkan pahala? Itu betul, tetapi ada alasan yang lebih kuat dari itu.

Apa karena shalat adalah salah satu syarat utama masuk surga dan bila ditinggalkan masuk neraka? Itu juga betul, tetapi ada alasan yang lebih kuat dari itu.

“Wajib”, “dosa”, “pahala”, “surga”, dan “neraka” adalah lima alasan yang kerap ditekankan orang-orang di sekitarku saat mereka menasehatiku untuk shalat. Namun, aku mendapati tidak ada satupun dari alasan itu yang benar-benar membuatku tertarik untuk shalat. Aku malah takut dibuatnya, terutama alasan “dosa” dan “neraka”, yang alih-alih memotivasi, malah membuatku meringkuk gemetaran dan jauh dari shalat.

Padahal, ada satu alasan lagi. Dan ini, bagiku, adalah alasan yang terkuat.

Shalat dilakukan… karena ia membuatmu bahagia.

Itu.

Itu alasannya.

Shalat itu membahagiakan karena sifat alami dunia ini.

Kamu tahu, dunia ini diciptakan untuk memaksa kita berlari. Bahkan tidak sekedar berlari, tetapi berlari sangat kencang. Demi mengejar cita-cita, ambisi, dan pencapaian-pencapaian lain. Demi meraih “standar hidup bahagia” yang diciptakan oleh para manusia, yang notabene makhluk-makhluk yang sangat egois.

Namun berlari terlalu kencang juga punya resikonya, kawan, yaitu rentan tersandung dan terjatuh. Lalu tersungkur menyakitkan. Meninggalkan luka dan lebam di sekujur tubuh yang mungkin tak akan sembuh dalam waktu singkat.

Kalau pun kamu tidak tersandung, sudah pasti kamu akan kelelahan. Otot-otot akan kram. Peluh di pelipis akan jatuh melewati bulu mata menuju bola mata dan mengaburkan pandangan. Kamu akan berpikir, sebaiknya berhenti berlari saja. Tidak perlu melanjutkannya lagi. Diam saja di tempat seperti patung yang mati.

Tidak ada yang mau terjatuh atau hanya diam saja, kan?

Maka itu, shalat wajib lima waktu ada sebagai REM dari larimu itu.

Supaya larimu yang beringas dan tak terkendali itu melambat dan terjaga pada kecepatan yang wajar. Membuat ritme langkahmu lebih teratur, pun staminamu terjaga sehingga kamu tetap semangat untuk terus berlari, minimal berjalan maju.

Dan mana kala ada persimpangan di hadapanmu, kamu bisa melambat sejenak dan merenung: arah mana yang harus kamu ambil? Apakah kanan, kiri, atau arah yang lurus?

Tidak semua jalan mengantarkanmu pada tujuan, kawan. Banyak sekali di antaranya membuatmu linglung, tak tahu harus kemana. Maka shalat akan membantumu menentukan arah dan memantapkannya. Kebahagiaan pun akan datang dari sana.

Dan sungguh, kawan, bila shalat membuatmu bahagia, apa kamu butuh alasan lain untuk melakukannya? Tidak perlu, kan? Tidak ada manusia yang tidak menyukai kebahagiaan.

“Benarkah itu, khalid? Aku masih ragu… Toh, aku sudah cukup bahagia tanpa shalat. Bersama teman-temanku sudah cukup membahagiakan.”

Ah, pertemanan itu memang membahagiakan. Ia salah satu hal terindah. Namun seindah-indahnya pertemanan, sifatnya sementara. Teman itu datang dan pergi. Kebahagiaan yang datang darinya itu naik turun. Banyak jeda ‘kosong’ di antaranya. Pun sama halnya dengan banyak aktivitas lain di dunia ini.

Namun dari shalat, bahagia yang datang darinya tak lekang. Awet.

Kamu tahu? Satu waktu shalat yang ikhlas dan tuma’ninah bisa mendatangkan kebahagiaan untuk hari ini, besok, minggu depan, hingga bulan-bulan berikutnya. Ini terbukti. Bukan teori atau manis kata. Efeknya... luar biasa. Tidak ada yang seperti ini.

Inginkah merasakan sensasi menggiurkan itu?

Shalatlah dan buktikan sendiri.

- Khalid -

SHARE THIS

Author:

Etiam at libero iaculis, mollis justo non, blandit augue. Vestibulum sit amet sodales est, a lacinia ex. Suspendisse vel enim sagittis, volutpat sem eget, condimentum sem.

5 comments:

  1. terima kasiiih informasinya... nambah ilmu nie...

    ReplyDelete
  2. saya biasa lain2 kalo solatnya putus, kayak dosanya besar banget

    ReplyDelete
  3. udah pengen ke masjid nih... hehehe
    tx gan sngat bermanfaat

    ReplyDelete
  4. thanks atas artikelnya gan..
    sholat adalah tiang agama..

    ReplyDelete

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done